Selasa, 07 Juli 2009

KING by Alenia Productions

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Kids & Family
::: THE MOVIE :::

Film ini mengisahkan tentang semangat seorang Guntur yang ingin menjadi seorang pebulu tangkis yang hebat. Beruntunglah ia, karena sang ayah, Tejo, sangat mendukungnya. Tejo sangat mengidolakan Lim Swie King. Itulah sebabnya, ia sangat ingin anaknya menjadi sehebat atlit nasional itu. Ia menurunkan semangat dan harapan pada Guntur. Selain rajin memberikan kritik2 moral setiap ia bertanding, Tejo pun tak pernah alpa memberikan hukuman fisik bila ia kalah dalam pertandingan. Setiap hukuman diterimanya dengan lapang dada, karena ia yakin hal tersebut juga dapat menempanya memiliki fisik yang kuat dan siap sebagai seseorang yang kerap berlaga di arena bulu tangkis tingkat desa.



Harapan Guntur sederhana: memenangkan pertandingan bulu tangkis di Kelurahan. Ia hanya menginginkan piala yang menurut Raden, kawan sepermainannya, penuh dengan uang. Uang itu nantinya dapat dipergunakan untuk membeli raket baru untuk menggantikan raket kayu yang selama ini dipergunakannya di hampir semua pertandingannya. Raket kayu miliknya itu hampir bengkok dan mustahil untuk membantunya tetap bermain bulu tangkis dengan baik.

Mereka berdua sering melihat piala itu bertengger di kantor Pak Lurah, siap untuk diperebutkan. Hal ini semakin memacu semangat Guntur untuk mempersiapkan diri lebih keras demi sebuah kemenangan.



Beberapa hari sebelum pertandingan, ketika Guntur dan Raden sedang bermain sepeda bersama, tidak sengaja mereka bertemu dengan seorang kawan baru. Namanya Michelle. Michelle adalah seorang anak kota yang baru saja pindah ke desa tempat dimana Guntur dan Raden tinggal. Seperti tipikal anak kota biasanya, Michelle memilki segalanya, termasuk raket bulu tangkis yang sering dipakainya untuk mengibas2 kasur kapuk di depan rumah. Hal ini menjadi suatu hal yang ironis, karena bagi Guntur dan Raden, raket bulu tangkis adalah barang berharga. Singkat kata, mereka bertiga berteman baik. Raden dan Michelle sangat mendukung keinginan Guntur untuk memenangkan pertandingan. Pada hari tersebut, Michelle meminjamkan raket miliknya kepada Guntur. Guntur pun memenangkan pertandingan. Tidak hanya karena raket pinjaman, tapi tentunya karena kemampuan dan kekuatan fisik Guntur saat itu.



Guntur sangat bahagia bisa membawa pulang piala idaman. Tetapi betapa kecewanya ia, ketika mengetahui bahwa di dalam piala itu tidak ada apa2. Tidak ada uang sepersen pun, seperti yang sering diceritakan Raden padanya. Dia sangat marah pada Raden. Ia enggan bertegur sapa lagi karena ia merasa Raden telah mengatakan sesuatu yan tidak benar.

Hari itu, Guntur menang. Seluruh masyarakat desa yang mendengar berita tersebut memberikan ucapan selamat padanya. Namun, Guntur merasa sangat kecewa karena impiannya untuk memilliki raket bulu tangkis belum bisa terpenuhi. Belum lagi, rasa sakit hati karena merasa telah ditipu oleh sahabatnya sendiri. Sesampainya di rumah, sang ayah tidak menujukkan apresiasinya karena telah pulang sebagai pemenang. Sebaliknya, justru sang ayah tetap memberikan kata2 yang mengecilkan hatinya. Guntur kesal. Ia menjawab dengan ketus, "Guntur menang, kok. "

Di luar dugaan, sang ayah mengungkapkan kemarahannya dengan berkata, "Menang opo? Menang itu tidak merepotkan orang lain. Seharian ini, bapakmu dicari Mbok nya Raden. Dia marah2 kamu mencuri kibasan kasurnya. Kamu itu menang opo, Tur?"



Guntur terpukul. Kalah atau menang, rupanya tak ada artinya untuk sang ayah. Ia tetap dimarahi dan dikucilkan dengan kalimat2 tajam. Ia pun sempat berujar, "Gak ono bulu tangkis2an!" Guntur sangat marah.



Sementara itu, Raden mengerti, betapa kecewa Guntur padanya. Tetapi, ia tidak berhenti di situ saja. Suatu hari, Raden membuntuti ayah Guntur yang menyetorkan bulu-bulu angsa pada sebuah perusahaan tempat shuttle-cock dibuat. Ternyata, di sana terdapat sebuah klub latihan bulu tangkis. Kebetulan, klub tersebut juga sedang menerima anggota baru yang akan dilatih untuk menjadi pemain yang berkualitas. Tanpa pikir panjang, Raden mencoba untuk mendaftarkan Guntur ke klub tersebut. Tentu saja, hal ini dilakukan tanpa sepengetahuan Guntur karena saat penutupan pendaftaran hampir usai. Ia dibantu Michelle, mengumpulkan uang yang nantinya dipergunakan untuk mendaftarkan nama Guntur. Setelah uang terkumpul, ia berpura2 menjadi Guntur. Tak lama berselang, Guntur mendapatkan Raden di tempat latihan tersebut. Ia bingung, kenapa Raden disana. Setelah menjelaskan semuanya, Guntur pun mengerti, ini semua dilakukan Raden dan Michelle demi membantu mewujudkan mimpi Guntur. Guntur pun berlatih dengan keras hingga ia diterima menjadi salah satu atlit di sebuah pelatihan nasional, tempat dimana atlit2 bulu tangkis kebanggaan Indonesia dicetak, termasuk Lim Swie King, idolanya.

Dalam perjalanannya, Guntur mampu mencapai mimpinya, menjadi seorang pemain bulu tangkis kebanggaan negara, keluarga, juga masyarakat desa dan sahabat2nya.



::: SISI LAIN :::

Saya ingin melihat film ini dari sisi yang lain. Film ini memiliki kekuatan cerita yang menurut saya unik. Selain cerita tentang perjuangan seorang anak desa (Guntur) untuk bisa meraih mimpinya, juga cerita tentang perjuangan batin anak tersebut untuk bisa bergumul dengan permasalahannya sendiri. Bahwa bermimpi saja tidak cukup untuk hidup ini. Selain usaha yang sangat keras, kita juga harus memiliki semangat tak terpatahkan. Semakin keras kita menginginkan sesuatu, maka semakin keras pula badai menghadang. Cobaan yang datang silih berganti tentunya merupakan godaan tak terbantahkan. Permasalahannya adalah, sekuat apakah kita bertahan?

Ketika Guntur mendapati piala yang dibawanya pulang tidak berisi apa2, Ia sangat kecewa. Guntur membuang piala itu dan merasa perjuangannya selama ini sia2. Pupus sudah memiliki uang untuk membeli raket. Perasaan kecewanya ternyata belum cukup. Sesampainya di rumah, Tejo, sang Ayah melanjutkan dengan ungkapan kekecewaan karena Guntur dituduh mengambil kibasan kasur milik Mbahnya Raden(Yati Surachman), sahabatnya. Seharian Tejo harus menerima amarah Mbahnya Raden. Tejo menggarisbawahi sesuatu yang akan diingat Guntur seumur hidupnya:" Menanglah dengan perjuangan dan kemuliaan.Tidak merepotkan orang lain."

Guntur kesal pada dirinya sendiri. Di sinilah titik dimana sportivitas nya diuji. Mampukah ia bergumul dengan konflik batinnya?



Sementara itu, permasalahan antara ayah dan anak juga terlihat cukup transparan. Orang Tua, dengan segudang harapan, harus mampu menemukan cara2 yang efektif untuk bisa membuat si anak mengerti apa yang menjadi harapan orang tua. Ketika anak2 sudah mencapai titik kulminasi dimana mereka tidak kuat lagi menanggung harapan yang terlampau berat dari orang tua, cuma ada dua kemungkinan: si anak bertahan dengan mengkaji kembali apa yang harus dilakukan demi mencapai tujuan atau si anak lari dari kenyataan dan memilih untuk hidup dalam dunia yang diinginkannya.



Saat inilah, kehadiran orang ketiga atau penengah cukup membantu.

Mas Raino (Aryo Wahab) melakukan hal ini dengan baik. Ia mencoba mengingatkan Guntur bahwa sekeras apa pun Tejo, Ia sangat mencintai dan memperhatikan Guntur. Sikap keras Tejo bertujuan agar Guntur tidak menjadi besar kepala dan manja. Bahwa semangat itu harus terus dibangun, demi mencapai cita2.

Raden pun menjadi pihak ketiga yang cukup jenaka. Ia cukup mengerti, betapa keras Tejo, sang Ayah. Maka, Ia bersedia menjadi penyemangat teoritis demi Guntur. Melakukan apa saja, termasuk menjadi penolong ala Robin Hood, mengambil tanpa ijin senar gitar demi membantu Guntur memperbaiki senar di raket nya. Atau menukarkan tempat shuttle-cock kosong dengan yang ada isinya saat seleksi pemain di pertandingan tempat Guntur berlatih.

Jalinan persahabatan antara Guntur dan Raden merupakan penggambaran hubungan yang apa adanya. Tidak dibuat-buat. Susah senang ditanggung bersama. Ketika kekecewaan menjadi puncak, mereka pun menyelesaikannya dengan cerdas. Tetap mendukung satu sama lain.



Konflik batin antar sahabat, antara ayah-anak, dan di dalam diri anak itu sendiri, merupakan sisi lain dari film ini yang cukup menarik perhatian saya. Bagaimana masing-masing karakter berproses dengan seluruh perasaan yang bekecamuk di dalamnya, dan bagaimana mereka (akhirnya) berbesar hati menyelesaikan konflik dengan cara mereka sendiri, yaitu berbesar hati untuk kembali fokus pada tujuan semula: mencapai mimpi.



King telah memberikan gambaran tentang harapan di balik suatu keadaan yang nyaris mustahil untuk mewujudkan impian kita.

Melalui penggambaran suasana desa yang luar biasa dan penataan musik yang segar, film ini merupakan tontonan yang sarat gizi selama liburan.



There's always a way when there's a will.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar