Aku sampai jam 5 sore. 24 jam setelah aku mendengar kabar itu dari Jhony, teman sekelasmu waktu kelas 1 SMA dulu.
Sudah menunggu kawan2 dekatmu yang tak lelah mengikuti kabar terakhir tentang sukhoi Super Jet 100 yg kau tumpangi.
Femi, selama di ibukota, beberapa kali kesempatan kita bertemu. Yang pertama, ketika kamu menjemput Eny di Plasa Senayan. Saat itu Eny dan Icha baru tiba dari Malang untuk ngurus visa dan mereka akan bermalam di kos mu. Aku juga di sana untuk ngobrol-ngobrol dengan Eny. Lama ga ketemu, aku senang bisa berjumpa lagi. Kamu tidak berubah. Hanya terlihat sedikit lebih tembem.
Yang kedua, di sebuah warung kopi di bilangan tebet. Kamu memberiku sebuah buku doa. Dan di kartu kecil itu kamu tuliskan, "Do your best, let God do the rest."
Kamu memberiku semangat untuk pergumulan hidup yang sedang kualami saat itu (hingga kini). Setengah tak percaya, kamu memberiku buku doa Fem. Apa kamu sendiri pernah memakai buku itu? Hehe.
Tapi waktu itu kamu bilang "Ini buat kamu," dan aku cuma bisa bilang terima kasih dengan ekspresi agak bingung.
Tidak sering bertemu memang. Namun, kita tetap saling menyapa di dunia maya. Mengomentari kelucuan-kelucuan hidup yang terjadi di sekitar kita.
Di suatu subuh, aku curhat di twitter. Aku mencantumkan ikon wajah menangis. Kamu membalasnya dengan, "Whazz up, girl?"
Aku reply dengan jawaban diplomatis juga menanyakan kenapa kamu blm tidur.
Itu adalah kontak kita terakhir. 19 April. Setelah itu, aku hanya membaca postingan2 di blogmu saja.
Fem, memang ga banyak waktu kita untuk saling mengenal, 17 thn. Tapi hal-hal kecil dan mengejutkan yang terjadi akhir-akhir ini, membuatku merasa bahagia. Dan aku ingin tetap merasakan kebahagiaan itu. Aku ingin tetap bisa melihat wajah tembem berminyakmu.
Sore ini, aku dan teman-teman menanti kabar baik darimu. Kami masih punya harapan. Karena kamu orang yang kuat.
Sip.
Hang in there, girl!