Senin, 29 April 2013

Multiply Beneran Tutup?

Ah, ternyata benar.
Ketika saya membuka blog saya dan mencoba untuk mengunjungi multiply saya melalui badge yang saya pasang di sudut blog ini, sudah tidak bisa. Badge tersebut sudah hilang.
Saya tidak ingin menyimpan cerita saya sendirian. Postingan-postingan multiply yang tadinya saya simpan, akhirnya saya publish di blogger supaya juga bisa dinikmati banyak orang. Semula, saya tetap menyimpannya di home web asal, melalui badge yang saya pasang, saya harap saya masih bisa mengunjunginya sewaktu-waktu kalau sedang ingin, ternyata kabar ditutupnya Multiply membuat badge tersebut tidak lagi available. Melalui tulisan-tulisan saya yang dulu, saya bisa melihat diri sebagai manusia yang terus berkembang dan bertumbuh melalui momen-momen dalam hidup saya. Apa yang saya pikirkan, yang saya sukai dan gemari, semua ada dalam beberapa tulisan yang saya buat. Saya ingin tetap meyimpannya dalam satu kesatuan 'rumah' tempat saya bisa kembali melihat diri saya sebagai manusia utuh.


Baiklah. Saya harus pulang dulu. Hari semakin sore dan saya tidak mau terjebak macet yang tidak masuk akal di Jakarta. 

Salam.

Jumat, 05 April 2013

Bukit Bangkirai, Pesona Hutan Tropis Kalimantan

Pertengahan tahun 2011, saya dan keluarga besar saya akhirnya bisa berekreasi ke Bukit Bangkirai. Kami sekeluarga lahir di Balikpapan, tapi tidak pernah secara khusus berwisata ke tempat ini. Bukit Bangkirai ini terkenal sebagai kawasan wisata alam, yang merupakan hutan tropis dan ditumbuhi oleh berbagai spesies pohon, termasuk pohon Bangkirai dan Ulin, yang sangat populer di Kalimantan. Tanpa berpikir ulang, kami segera mengatur jadwal kami semua untuk bisa pergi bersama.

Bukit Bangkirai terletak di Jalan Raya Soekarno-Hatta Km. 38, Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kertanegara, Balikpapan, Kalimantan Timur yang dikelola oleh PT. Inhutani I Unit Manajemen Hutan Tanaman Industri (UMHTI). Kawasan ini berjarak 20 km dari ibukota Kecamatan Samboja, 58 km dari kota Balikpapan dan 150 km dari kota Tenggarong atau Samarinda. Saya memulai dari Balikpapan dengan menyewa mobil, dengan biaya Rp 400.000,00/hari sudah termasuk bahan bakar dan supir. Untuk anda yang belum kenal betul kondisi jalan, saya anjurkan untuk menyewa supir karena masih ada beberapa ruas jalan yang berbatu dan cukup berbahaya untuk dilalui. Walaupun demikian, sepanjang perjalanan, anda akan disuguhi kehijauan pemandangan asri. Hamparan sawah? Bukan...bukan, tetapi bukit-bukit dan pohon-pohon yang tinggi.

Setelah kurang lebih 1,5 jam perjalanan, kami tiba disana. Terlihat beberapa cottage bagi pengunjung yang ingin bermalam, sebuah restoran, dan tersedia juga MCK. Segera saja kami bersiap dengan peralatan-peralatan kami: air minum (karena yang dijual disana pasti harganya lebih mahal), tisu basah, dan tentu saja kamera! Yo ho let's go!




Sejauh mata memandang, yang terlihat adalah pohon-pohon yang tinggi menjulang dan tanaman perdu. Hujan yang sempat turun beberapa saat membuat tanah menjadi basah dan agak licin, namun memberikan aroma yang segar. Hutan tropis seluas 1500 ha ini memiliki koleksi burung-burung yang langka (menurut data ada 113 jenis), dan kalau beruntung anda juga bisa melihat monyet ekor panjang, babi hutan, owa-owa, beruk, lutung merah, bajing terbang dan rusa sambar. Terdapat pula jenis-jenis anggrek, salah satunya anggrek hitam yang menjadi maskot Kalimatan Timur. Saya melihat sendiri bagaimana anggrek-anggrek tersebut mekar dengan indahnya di tengah hutan! Wow!!
Pohon-pohon Bangkirai tampak tumbuh gagah. Pohon-pohon ini mencapai tinggi kurang lebih 40 meter dan berdiameter 120cm. Biasanya pohon ini dipergunakan untuk membuat jembatan, bantalan rel kereta api, perahu kayu, konstruksi bangunan, karena tingkat kekerasan kayunya yang cukup tinggi. Menurut petugas yang kami temui, pohon-pohon ini berusia lebih dari 150 tahun!

Setelah melewati jalan setapak, tibalah waktunya kami mencoba Canopy Bridge atau jembatan gantung. Jembatan ini menghubungkan pohon-pohon bangkirai yang satu dan yang lainnya. Menurut Wikipedia, jembatan ini merupakan yang pertama di Indonesia, kedua di Asia, dan yang kedelapan di dunia. Konstruksinya dibuat di Amerika Serikat, dikerjakan oleh kontraktor Amerika yang tergabung dalam Canopy Construction Assosiated (CCA). Selain kayu, digunakan juga baja anti karat atau Galvanized dari Amerika. Untuk bisa mencoba jembatan ini, kami harus naik anak tangga yang berputar mengelilingi pohon bangkirai. Saya tidak menghitung ada berapa anak tangga, yang jelas ketika sampai di atas, saya sudah berdiri hampir sama tinggi dengan pohon bangkirai tersebut!

Tangga menuju platform jembatan gantung.




Untuk anda yang sudah pernah berjalan di atas jembatan gantung, saya yakin bahwa jembatan di Bukit Bangkirai ini tidak akan sulit untuk anda. Namun untuk saya, berjalan di jembatan seperti ini (atau saya biasanya menyebutnya sebagai jembatan goyang), cukup menguras adrenalin. Saya pernah berjalan di berbagai jembatan yang bergoyang, tapi di Bukit Bangkirai ini jembatannya sangat panjang! Jembatan panjang, bergoyang, dan sangat tinggi (kurang lebih 30m). Bayangkan, kalau tiba-tiba salah satu utas tambangnya putus? Akan jadi apa saya? :D
There's always the first time for everything. Pertama kali melangkah dan menyeberang, memang deg-degan. Di jembatan kedua, lebih bisa mengendalikan diri. Di jembatan ketiga, sudah bisa tersenyum lega. Kami bahkan ketagihan mengulang berkali-kali. Sayang, saat itu ada banyak pengunjung jadi kami memilih untuk istirahat sejenak di platform, menikmati pemandangan mumpung cuaca sedang cerah.

Adik saya berhenti dan berjongkok tepat di tengah jembatan karena deg-degan saat menyeberang ;)

Anak saya yang saat itu berusia 3 tahun juga turut serta :)
Saya ditengah pohon-pohon bangkirai!


Bukit Bangkirai merupakan tempat yang layak anda kunjungi. Keindahan flora dan fauna, canopy bridge dan udara segar! Tempat yang juga cocok bagi anda yang ingin berwisata alam bersama keluarga. Bawalah air minum, handuk kecil, dan tentu saja kamera untuk merekam setiap jejak. Kalau anda ingin bermalam, tersedia juga tempat penginapan. Bayangkan, anda tidur di tengah hutan, diiringi nyanyian binatang malam khas Kalimantan. Enjoy!


Jangan bunuh sesuatu kecuali waktu
Jangan ambil sesuatu kecuali gambar
Jangan tinggalkan sesuatu kecuali jejak