Saya sudah berjanji pada Abi untuk memasang pohon natal sepulang kami dari gereja pada hari Minggu kemarin. Sayang, rencana jadi tertunda, karena sumur di rumah kontrakan rusak lagi, jadi saya harus ngangsu air dari tetangga.
Pagi ini, sebelum berangkat mengajar, Abi kembali mengingatkan saya tentang pohon natal. Saya mengiyakan dan meyakinkannya, hari ini pasti jadi.
Pukul 4 sore, langit agak gelap menyelimuti Kemang, Jakarta Selatan. Saya bergegas membereskan meja, seketika setelah surat elektronik terakhir terkirim. Saya mematikan AC dan lampu, meyakinkan kembali materi untuk besok ready to go, lalu meninggalkan kelas. Tergesa saya menuju parkiran lalu melaju menuju Jakarta Timur. Saya berharap tidak sampai kehujanan, karena di sepanjang jalan kilat tampak menghias langit yang makin gelap.
Puji Tuhan, dalam waktu kurang dari 1 jam sampai juga saya di rumah. Abi menyambut kedatangan saya dengan penuh keriangan, "Horeee, mami pulang! Kita bisa pasang pohon natal!"
Abi langsung sibuk ketika saya mulai mengeluarkan pohon natal dan aksesorisnya satu per satu.
"Mami, ini benangnya putus, nih."
"Mami, aku boleh keluarin yg hiasan beling gak?"
"Aku aja yang gantung hiasan sinterklas ya, ini buat anak kecil. Mami kan sudah tua."
"Mami, aku boleh keluarin yg hiasan beling gak?"
"Aku aja yang gantung hiasan sinterklas ya, ini buat anak kecil. Mami kan sudah tua."
Cerewet sekali!
Saya mengambil alih pemasangan lampu, ketika melihat Abi sudah terlihat memilah-milah hiasan yang berwarna-warni.
Saya mengambil alih pemasangan lampu, ketika melihat Abi sudah terlihat memilah-milah hiasan yang berwarna-warni.
"Aku aja yang pasang tinselnya. Aku bisa kok." |
"Jangan foto dulu! Belum selesai, nih!" |
"I will be as tall as this christmas tree one day. Right, Mum?" |
"Hmm.., kayanya ada yang 'gak pas,' nih." |
"Tambahin hiasan di sebelah sini deh, biar pohonnya gak miring." |
(Masih berkutat dengan 'kemiringan' pohon) |
Tak lama kemudian, tararaaaaaa.... jadilah pohon natal kami!
"Nah, sekarang waktunya take a picture! Close-up, ya." |
"Eh, bentar dulu.... kurang 1 lagi, nih." |
Walah, masih ada yang ketinggalan, rupanya. Abi menemukan tinsel silver kecil di bawah pohon natalnya.
"Sudah, Bi?"
"Bentar dulu. Susah, nih yang kecil. Jatuh-jatuh melulu," jawabnya tanpa menoleh. Ia tampak memainkan jemarinya mengikat, mengaitkan, memberikan final touch dengan ornamen kerlap-kerlip.
"Cakeeeep....," Abi memuji diri sendiri sambil mengambil foto hasil dekorasinya. |
Good job, Abi! Christmas is indeed the most wonderful time of the year!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar