Selasa, 03 Desember 2013

[Cerita Foto] Welcoming December

Saya sudah berjanji pada Abi untuk memasang pohon natal sepulang kami dari gereja pada hari Minggu kemarin. Sayang, rencana jadi tertunda, karena sumur di rumah kontrakan rusak lagi, jadi saya harus ngangsu air dari tetangga.

Pagi ini, sebelum berangkat mengajar, Abi kembali mengingatkan saya tentang pohon natal. Saya mengiyakan dan meyakinkannya, hari ini pasti jadi.

Pukul 4 sore, langit agak gelap menyelimuti Kemang, Jakarta Selatan. Saya bergegas membereskan meja, seketika setelah surat elektronik terakhir terkirim. Saya mematikan AC dan lampu, meyakinkan kembali materi untuk besok ready to go, lalu meninggalkan kelas. Tergesa saya menuju parkiran lalu melaju menuju Jakarta Timur. Saya berharap tidak sampai kehujanan, karena di sepanjang jalan kilat tampak menghias langit yang makin gelap.

Puji Tuhan, dalam waktu kurang dari 1 jam sampai juga saya di rumah. Abi menyambut kedatangan saya dengan penuh keriangan, "Horeee, mami pulang! Kita bisa pasang pohon natal!"
Abi langsung sibuk ketika saya mulai mengeluarkan pohon natal dan aksesorisnya satu per satu.

"Mami, ini benangnya putus, nih."
"Mami, aku boleh keluarin yg hiasan beling gak?"
"Aku aja yang gantung hiasan sinterklas ya, ini buat anak kecil. Mami kan sudah tua."
Cerewet sekali!
Saya mengambil alih pemasangan lampu, ketika melihat Abi sudah terlihat memilah-milah hiasan yang berwarna-warni.

"Aku aja yang pasang tinselnya. Aku bisa kok."
"Jangan foto dulu! Belum selesai, nih!"
"I will be as tall as this christmas tree one day. Right, Mum?"
"Hmm.., kayanya ada yang 'gak pas,' nih."
"Tambahin hiasan di sebelah sini deh, biar pohonnya gak miring."
(Masih berkutat dengan 'kemiringan' pohon)


Tak lama kemudian, tararaaaaaa.... jadilah pohon natal kami!


"Nah, sekarang waktunya take a picture! Close-up, ya."



 

"Eh, bentar dulu.... kurang 1 lagi, nih."


Walah, masih ada yang ketinggalan, rupanya. Abi menemukan tinsel silver kecil di bawah pohon natalnya.

"Sudah, Bi?"
"Bentar dulu. Susah, nih yang kecil. Jatuh-jatuh melulu," jawabnya tanpa menoleh. Ia tampak memainkan jemarinya mengikat, mengaitkan, memberikan final touch dengan ornamen kerlap-kerlip.


"Cakeeeep....," Abi memuji diri sendiri sambil mengambil foto hasil dekorasinya.


 
 Good job, Abi! Christmas is indeed the most wonderful time of the year!




Minggu, 10 November 2013

Ayo, Main Sampai Berantakan!


Sabtu pagi. Suara Diego terdengar memanggil Abi dari teras rumahnya yang tak jauh dari rumah kami.
"Abi! Lagi main apa kamu?"
"Main Goop!"
"Main apa?" Diego berlari menuju Abi yang sedang sibuk dengan mainan adonan tepung sagu dan air.
"Apaan tuh, Bi?"
"Goop!" Jawab Abi sambil senyum.
Ya, permainan ini saya dapatkan dari koordinator saya di sekolah. Kami suka membuatnya setiap ada Messy Day yang diadakan setiap term. Abi senang sekali ketika saya mencobanya di rumah dan kalau sedang bosan dengan semua mainannya, dia suka minta dibikinkan goop atau kadang bikin sendiri.

Diego terlihat tidak tertarik (awalnya).
"Aku sudah mandi," katanya ketika Abi mengajaknya main bareng.
"Ya udah, mainnya dikit-dikit aja, gak usah berantakan kayak aku."
Lalu Diego mencoba menyentuh adonan yang terlihat menarik itu dan mulai main bersama Abi yang saat itu sudah menumpahkan hampir setengah adonan goop dari baskomnya.





Tak lama, adonan pun habis. Saya memutuskan untuk membuat lagi. Masing-masing mendapat satu baskom yang sama besar dan mereka mulai membuat goop mereka sendiri.

Campur tepung sagu dan airnya terlebih dahulu
Tambahkan beberapa tetes pewarna makanan

Uleni hingga tekstur menyerupai susu kental manis

Abi membuat warna biru, sedangkan Diego memilih warna merah. Mereka tampak menikmati proses membuatnya, mulai dari menguleni tepung sampai mencampur pewarna di adonan.
"Ini kok keras banget sih. Kayaknya kurang air deh," Abi menuangkan Air ke dalam baskomnya.
"Seberapa, nih? Banyak atau dikit?"
"Dikit aja dulu. Nanti Abi liat, kalau kurang baru tambah lagi," jawab saya.
"O, ia ya. Nanti kalo kebanyakan air, gak jadi goop deh. Jadinya kayak lumpur! Hahaha..." Abi tergelak. Rupanya dia masih ingat pengalamannya membuat adonan ini tempo hari.
"Gimana, nih Tante. Punyaku kok kayak gini, sih?" tanya Diego menunjukkan adonannya yang terlalu cair.
"Itu tambahin tepung lagi, kamu kebanyakan airnya," Abi menjawabnya untuk saya.




Beberapa saat kemudian, goop sudah jadi. Abi dan Diego mulai bermain-main dengan adonan masing-masing.

 



Saya menambah 'perangkat' bermain mereka dengan barang-barang bekas yang juga biasa digunakan Abi untuk bermain air di kamar mandi; sendok plastik, gelas plastik, garpu, apa pun yang aman dan sudah tidak terpakai. Foto-foto berikut ini menggambarkan bagaimana mereka mengeksplorasi adonan dengan cara mereka sendiri. Mereka merasakan teksturnya yang unik, menikmati warnanya yang mencolok, kadang juga bercakap-cakap tentang apa yang sedang mereka lakukan.

















 It was so much fun and messy! Sampai akhirnya mereka mencampur goop mereka dalam satu baskom dan melihat apa yang terjadi jika 2 warna dicampurkan. 


Lelah bermain goop dan adonan sudah berceceran dimana-mana, saya mengeluarkan sisa pewarna makanan dan beberapa botol plastik bekas.
Tanpa instruksi lebih lanjut mereka mengisi botol-botol tersebut dengan air, meneteskan beberapa (baca: BANYAK) tetes pewarna ke dalam botol dan memulai permainan baru mereka!

Memerhatikan bagaimana pewarna makanan larut dalam air

Ayo, campur warna-warnanya!

Lalu, semprotkan air ke arah pagar. Yeah!!

Woohooo!!! Coba ayunkan lagi lebih tinggi!






Lalu saya mengeluarkan semprotan air, yang biasa digunakan untuk menyemprot tanaman. Abi semakin semangat! Ia mengisinya dengan air dan (lagi-lagi) mencampurkan banyak warna di dalam botol.


Fasya mengamati pola-pola yang berbeda setiap kali air disemprotkan

Fasya dan Aga terus menyemprotkan air ke arah tembok

Aga asyik melatih jari-jemarinya dengan botol semprotan

Melihat anak-anak mulai bosan dengan semprotan air, saya mengeluarkan kertas koran. Hehehehe... ya, saya hanya berusaha mengeluarkan barang-barang yang sudah tidak terpakai di rumah untuk bisa dimainkan anak-anak. Saya tidak tahu juga, bagaimana mereka akan menggunakan kertas koran itu sebagai mainan. Tapi, lihat apa yang mereka lakukan!

(Lagi-lagi) mencampurkan beberapa warna di gumpalan koran yang basah

Lalu peras korannya daaannn....wow!! Warna baru!!

Koran bekas habis dan hari semakin siang. Saya mulai mengeluarkan aba-aba untuk segera menyudahi kegiatan pagi itu. 
"Sudah, ya... waktunya beres-beres!" saya berseru sambil membereskan botol-botol yang tadi digunakan.
"Oke, boss!" Diego segera mengambil selang, menyemprot teras rumah, sementara entah inisiatif dari mana Abi mengambil ember besar dari kamar mandi. Hahaha.... mari semprot air ke dalam ember!! Makin kencang airnya, makin kencang juga suaranya!



Sabtu pagi itu terasa sangat istimewa. Abi dan tetangga-tetangganya bermain sampai berantakan di rumah! Well done, kids!

"Play is the highest form of research." (Albert Einstein)



Jumat, 20 September 2013

Weekend Getaway to Pari Island: See The Bright Side



Our Trip this time taught us to be grateful no matter how uncomfortable the situation was.

The Tour and Travel we trust didn't do what they supposed to do, so we didn't get what we suppose to have. Our group was deposited to another tour guide who already had 60 people in his own group, heading to the same destination. Our group had 13 people, so it became 73 people altogether.

We're grateful for our local tour guide, Pak Udin. He had much experience with this Tour and Travel, which apparently been cheating several times for not serving their customers right.


Our Lodge for 13 people (2 bedrooms, 2 bathrooms)

We're grateful because Pak Udin still served us, even though The Tour and Travel did not pay him for the travel service over the past two weeks. He was trying to get full Air Conditioner lodge for us, according to what had been stated in the agreement. Although the number of mattress weren't enough for all of us, we slept well at night and woke up in the morning with none of our body parts aches. :)



Virgin Beach

We enjoyed the beautiful Virgin Beach: white sand, clear water, full of mangroves and fish breeding.
We enjoyed the beautiful coral reefs of the Thousand Islands, although the boat we used was not as big as other boats and also had no roof that caused us sun-drenched, like having a free skin-tanning facility that we did not really want.
We still could get the underwater pictures from another guide's camera.
We shared a fresh and super yummy grilled squid at the Barbeque after given a plate of not-really fresh tuna.

Our Boat for Snorkeling and Island Hopping

 Saying "Hello" to our friends in another world ;)

Our disappointment paid off by the beauty of this island. We had so much fun and planned to go back there again! Not with the same Tour and Travel, of course!

Pari Island is beautiful and gives us (especially me) another experience that we'd never had before.